Banyak yang mengira bahwa merancang sebuah graha idaman haruslah seideal serta semewah jika kita dapat. Pernyataan yang tidak salah sebenarnya. Namun, benarkah kita membutuhkan rumah dengan ukuran yang besar dan luas? Sementara isi rumah hanya beberapa orang2 saja? apalagi tak lebih banyak dari 5 orang?. Memiliki wisma tentu menjadi dambaan setiap orang. Memiliki rumah selamanya menjadi sesi dari cita-cita. Namun, memiliki rumah tak berarti harus memiliki graha dengan ukuran luas dan besar & justru tidak menampakan satu rancangan arsitektural yang fungsional, malah lebih terlihat sebagai sesutau yang terlalu berlebihan dan buang-buang energi, terutama biaya.
Soal biaya, untuk memiliki rumah memang tidak perkara mudah dan murah. Terlebih sekarang ini di saat tawaran-tawaran menggoda serta menggiurkan untuk memiliki lapangan hidup dengan segala kemudahan dan fasilitas lengkap, gambaran rumah ideal yang tetap digambarkan dalam sebuah iklan. Persoalannya kemudian, tentu tidak semua orang-orang mampu memilikinya. Desain wisma sederhana tidak selalu identik dengan graha murah berbiaya rendah secara kualitas seperlunya. Tetapi lebih ke arah bagaimana menampilkan kesederhanaan pada konstruksi atau rancangan arsitektural sebuah rumah.
Rumah sederhana memang mampu jadi identik dengan wisma kecil bersubsidi dari pemerintah yang; ya, kalau boleh dibilang; masih sering bermasalah, terutama di soal konstruksi. Namun tanpa artikan sebagai sikap tidak menghargai upaya pemerintah untuk memastikan pada setiap warganya mempunyai rumah, ataupun inisiatif kelompok swasta merancang ruang kehidupan dan hunian idaman berbiaya rendah, akan tetapi faktanya, model rumah bersahaja semacam itu kadang sangat sederhana, oleh karena itu wajar bila kurang peminat.
Kata Albert Einstein, “everything should be made as simple amerika possible, but not simpler”. Sesuatu tersebut memang kudu dirancang atau dibuat sesederhana mungkin, namun bukan berati benar-benar sedang, apalagi kalau mengingat prosesnya. Banyak elemen dan point juga faktor yang mesti benar-benar diperhatikan. Berikut kurang lebih tips merancang rumah idaman; desain graha sederhana, namun penuh makna dan sangat nyaman juga tentunya terjangkau yang dikutip dari think architect.
Ketika kita melihat rumah-rumah dalam sekitar kita, kita tahu satu masalah umum, konstruksi terlihat terlalu besar. Seberapa banyak celah yang benar-benar Anda butuhkan?
Alih-alih mendirikan rumah yang lebih gede, lebih cantik buanglah barang-barang yang sudah tidak terpakai. Untuk apa-apa tetap menyimpan alat-alat yang rusak di ruang kaki gunung tanah, pakaian yang telah usang, dan apakah Anda benar-benar masih membutuhkannya? Soal ini benar-benar sederhana; kebanyakan keluarga tidak memerlukan lebih dari rumah seluas 200 meter petak, kecuali wisma Anda dihuni oleh lebih dari 5 orang. Khilaf satu fitur umum ketika ini adalah kerumitan garis atap. Rancangan fasad yang terlihat amat kompleks & tampak sukar. Apakah graha hanya didesain untuk menunjukan kerumitan semacam itu? cuma agar mendapatkan pujian tak berguna daripada orang unik atau tetangga? Hindari kerepotan dan rancangan-rancangan rumit. Belajarlah mencintai bentuk kotak. Kotak adalah hal yang paling sederhana serta paling terjangkau untuk dibangun.
Denah lantai yang zigzag dengan banyak sudut juga merupakan sesuatu lain yang harus dihindari. Perhatikan bagaimana ruang dikelolah dalam tiga dimensi. Apakah ada organisasi struktural yang logis? Dengan kata beda, apakah pagar berbaris dalam antara lantai? Dalam banyak gagasan rancangan rumah, lantai tidak membutuhkan elemen struktural tambahan untuk ditambahkan untuk menampung semuanya, terutama atapnya. Ini ialah salah satu faktor pemborosan biaya.